Upacara Adat di Pulau Sulawesi


Upacara Adat di Pulau Sulawesi


1. Upacara Ma’nene


Upacara ini berasal dari Toraja, dan ritualnya sangat unik, yaitu dengan membersihkan jenazah leluhur, bahkan yang sudah puluhan tahun sekali pun.

Suku Toraja terkenal sebagai suku yang sangat menghormati leluhur mereka. Sebagai bentuk penghormatan, mereka melakukan upacara Ma’nene ini. Mereka juga menyembelih babi atau kerbau sebagai bentuk penghormatan. Mereka mempercayai bahwa arwah leluhur tidak akan mencapai surga jika anggota keluarganya tidak berkurban babi atau kerbau. Adapun jumlah hewan yang mereka kurbankan harus sesuai dengan jumlah jenazah yang berada dalam liang makam.

Mereka lalu melakukan ritual khusus untuk membuka makam keluarga mereka yang sudah meninggal dengan cara meletakkan sirih di atas makam. Ritual ini juga dikenal sebagai Pa’tene.

Anggota keluarga yang telah meninggal tersebut  dijemur. Durasi menjemurnya berbeda-beda, antara 3 hari s.d 1 minggu. Jenazah-jenazah yang sudah berupa mumi itu dibersihkan, digantikan bajunya, serta diberikan barang-barang kesukaan mereka semasa hidup di dunia. Setelah pembersihan, jenazah pun dikembalikan ke dalam peti. Lalu untuk menutup upacara ma’nene  melakukan sisemba, yaitu tradisi adu kaki sebagai sebuah permainan.

2. Accera Kalompoang

    Upacara adat Sulawesi Selatan ini dikhususkan untuk membersihkan benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Gowa di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Benda-benda pusaka tersebut kini tersimpan dengan baik di Museum Balla Lompoa.

        Tentunya, benda-benda pusaka tersebut sangat berharga, di antaranya adalah saloka (mahkota) yang terbuat dari emas murni dengan 250 butir berlian. Kemudian ada juga sudanga, sebuah senjata yang juga berhiaskan emas putih.

         Masih banyak lagi benda berupa senjata dan perhiasan pusaka yang akan dibersihkan saat upacara Accera Kalompoang. Totalnya ada 15 benda pusaka. Upacara ini dilaksanakan pada hari Idul Adha, yaitu ketika selesainya ibadah shalat Ied. Dahulu, upacara ini merupakan kebiasaan yang dimulai oleh salah satu Raja Gowa bernama I Mangngarrangi Daeng Mangrabbia Karaeng Lakiung Sultan Alauddin.

 

3. Rambu Tuka ( Rampe Mata Allo)



        Di Sulawesi Selatan, upacara untuk syukuran dikenal dengan sebutan Rambu Tuka, atau juga Rampe Mata Allo. Upacara ini dilakukan oleh masyarakat Toraja ketika mereka sedang syukuran rumah atau syukuran atas hasil panen. Sesuai dengan tradisinya yang sudah turun-temurun, Rambu Tuka dilaksanakan di sebelah timur rumah atau tongkona sebelum tengah hari. Urutan upacara Rambu Tuka :

1. Kapuran Pangngan, menghidangkan sirih pinang.

2.Piong Sanglampa, menghidangkan satu batang lemang dalam bambu.

3.Ma’pallin, kurban ayam.

4.Ma’tadoran, kurban seekor ayam dan seekor babi.

5.Ma’pakande Deata Dao Banua, menghidangkan satu ekor babi kepada seluruh keluarga yang diundang.

6.Massura’ Tallang, upacara yang dilakukan setelah semua tahapan sebelumnya selesai dilaksanakan.

7.Merok, mempersembahkan ayam, babi dan kerbau kepada Puang Matua.

4. Katto Bokko

    Upacara adat Katto Bokko diselenggarakan pada bulan Maret atau April setiap tahunnya. Mereka memilih salah satu akhir pekan dari salah satu bulan tersebut. Upacara Katto Bokko ini merupakan upacara yang penuh kehangatan, dimana para pemuda berbondong-bondong datang ke Balla Lompoa, rumah adat di daerah Maros, selepas melaksanakan shalat subuh. Mereka kemudian berangkat ke sawah adat dengan diiringi suara gendang serta gong. Perjalanan ke sawah adat pun menjadi perjalanan yang berbeda pada upacara Katto Bokko. Mereka pun sampai di sawah adat miliki Kakaraengan Marusu yang sudah siap untuk dipanen.

    Satu per satu, para pemuda akan turun ke sawah dan memotong padi dengan menggunakan anai-anai. Mereka lalu mengikat padi-padi tersebut dan bersiap-siap untuk mengusungnya. Di antara ikatan padi-padi itu, mereka membuat dua ikatan yang lebih besar daripada yang lainnya untuk dihias menjadi warna-warni.

    Tujuan dari Katto Bokko ini, selain untuk mempererat silaturahmi, juga sebagai tanda cinta dan upaya melestarikan kearifan lokal melalui penggunaan alat tradisional saat memotong padi.

5. Upacara Mappacci

        Setiap daerah pasti memiliki upacara adat yang khas untuk persiapan pernikahan. Di Sulawesi Selatan, upacara tersebut dikenal dengan nama upacara Mappacci. Upacara ini dilakukan oleh kedua calon mempelai di rumah mereka masing-masing, satu hari sebelum pernikahan.




        Calon pengantin duduk diapit oleh kedua orang tua. Sebelum upacara berlangsung, ada sebuah ritual menyiapkan barang-barang yang dibutuhkan untuk melangsungkan upacara Mappaci, di antaranya adalah bantal (angkaluneng), sarung sutera (lipa sabbe), daun nangka, daun pisang, lilin, berondong beras (benno), dan daun pacci. Masing-masing barang ini menyimbolkan sebuah makna. Misalnya saja, mereka menyediakan lilin sebagai obor yang akan menerangi perjalanan pengantin, atau beras yang menyimbolkan rezeki yang berlimpah.

        Tujuan dari upacara Mappacci adalah membersihkan diri dari segala hal yang bisa menghalangi kepada pernikahan. Keluarga besar pun turut menghadiri, sebagai simbol membekali kedua calon pengantin dengan doa restu.

 

 


Jangan Lupa Tinggalkan Jejak Kalian Dengan Cara Komen Ya Guys ☺๐Ÿ’—!



sumber: 
https://www.traveloka.com/id-id/explore/destination/mengenal-upacara-adat-sulawesi-selatan-acc/330969


























Komentar

Posting Komentar